Kamis, 17 Maret 2011

PENGARUH NAUNGAN PARANET TERHADAP SIFAT TOLERANSI TANAMAN TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott) EFFECT OF PARANETS SHADE TO TOLERANCE CHARACTERS OF TARO (Colocasia seculenta (L.) Schott)

Ilmu Pertanian, Vol. 10 No. 2, 2003 : 17-25
 PENGARUH NAUNGAN PARANET TERHADAP SIFAT
TOLERANSI TANAMAN TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)
EFFECT OF PARANETS SHADE TO TOLERANCE
CHARACTERS OF TARO (Colocasia seculenta (L.) Schott)
Djukri 1 dan Bambang Sapta Purwoko 2

ABSTRACT
The objective of the research was to determine the effect of paranet shading on physiological characters of taro. Two factors namely shade and clone were used. An experiment was carried out according to split plot design procedure. Shade as main plot consisted of four levels, i.e without shade (0%), shade of 25%, 50%, and 75%, whereas clone as sub plot consisted of 20 taro clones. Result of the experiment showed that under 25% of shading 16, tolerant clones and 4 sensitive clones were obtained, while in 50% of shading, 9 tolerant clones and 11 sensitive clones were obtained, whereas in 75% of shading, 7 tolerant clones and 13 sensitive clones were obtained. Increase of leaf areas and levels of chlorophyll a and b in tolerant clones was higher than those of sensitive clones. Decrease of chlorophyll a and b ratio, corm fresh weight, corm dry weight, corm starch content and leaf nitrogen content of sensitive clones was higher than those of tolerant clones.
Key words: Taro, paranet shade, tolerance characters

INTISARI
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh naungan paranet terhadap karakter fisiologi tanaman talas. Penelitian ini terdiri atas dua faktor yaitu naungan dan klon dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah. Naungan sebagai petak utama terdiri atas naungan paranet 0%, 25%, 50%, dan 75%, sedangkan klon sebagai anak petak terdiri atas 20 klon talas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada naungan 25% terdapat 16 klon talas toleran dan 4 klon peka. Pada naungan 50% terdapat 9 klon toleran dan 11 klon peka, sedangkan pada naungan 75% terdapat 7 klon toleran dan 13 klon peka. Peningkatan luas daun dan kadar klorofil a dan b klon toleran lebih tinggi dibandingkan klon peka. Penurunan rasio klorofil a/b, bobot basah umbi, bobot kering umbi, kadar pati umbi, dan kadar nitrogen daun klon peka lebih tinggi dibandingkan klon toleran.
Kata kunci: Talas, naungan paranet, sifat toleran
1 Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
2 Staf Pengajar Departemen Budi Daya Pertanian, Faperta, IPB Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2 18
PENDAHULUAN
Petani di Indonesia sudah biasa menanam talas di sawah atau di pekarangan. Kendala budidaya talas di pekarangan antara lain kanopi rapat, sehingga intensitas cahaya yang diterima tanaman rendah. Unsur radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Gardner et al., 1991). Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Chowdury et al., 1994 ; Sopandie et al., 2003).
Pada kondisi kekurangan cahaya, tanaman berupaya untuk mempertahankan agar fotosintesis tetap berlangsung dalam kondisi intensitas cahaya rendah. Keadaan ini dapat dicapai apabila respirasi juga efisien (Sopandie et al., 2003). Mohr dan Schopfer (1995) menyatakan kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap lingkungan ditentukan oleh sifat genetik tanaman. Secara genetik, tanaman yang toleran terhadap naungan mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.
Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan distribusi spektrum cahaya matahari yang diterima oleh daun di permukaan tajuk (1900 umol m-2s-1) lebih besar dibanding dengan daun di bawah naungan (17.7 umol m-2s-1). Pada kondisi ternaungi cahaya yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis sangat sedikit. Cruz (1997) menyatakan naungan dapat mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasi CO2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya.
Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap hasil pada berbagai komoditi sudah banyak dilaporkan. Naungan 50% pada padi genotipe peka menyebabkan jumlah gabah/malai kecil serta persentase gabah hampa yang tinggi, sehingga produksi biji rendah (Sopandie et al., 2003). Intensitas cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Chaturvedi et al., 1994). Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil kedelai (Asadi et al., 1997), jagung (Andre et al., 1993), padi gogo (Supriyono et al., 2000), ubi jalar (Nurhayati et al., 1985), dan talas (Caiger, 1986 ; Wirawati et al., 2002). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang mekanisme adaptasi tanaman talas terhadap intensitas cahaya rendah.


BAHAN DAN METODE
Bahan–bahan yang digunakan ialah tanaman talas sebanyak 20 klon yaitu klon-klon T5, T14, T17, T21, T160, T169, T176, T395, T397, T417, T500, T571, T583, T603, T606, T607, T608, T610, T621, dan T638. Bahan-bahan lainnya ialah paranet 25%, 50%, dan 75%, pupuk kandang dengan dosis 200 g/tanaman yang diberikan pada saat sebelum tanam. Pupuk N, P, K dengan dosis 90 kg urea/ha, 100 kg SP36,/ha, dan 100 kg KCl/ha yang diberikan pada saat tanaman talas berumur empat bulan setelah tanam, insektisida, bambu, dan bahan pembantu untuk penanaman. Bahan kimia yang digunakan antara lain bahan kimia untuk analisis klorofil, N daun, dan pati umbi.
Percobaan ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan tiga blok sebagai ulangan dengan jarak tanam 80 cm x 80 cm. Faktor naungan sebagai petak utama adalah Djukri dan Purwoko : Pengaruh naungan paranet terhadap tanaman talas 19
empat taraf naungan, masing-masing: N0 = tanpa naungan, N1 = naungan 25%, N2 = naungan 50%, dan N3 = naungan 75%. Faktor ke dua sebagai anak petak terdiri atas 20 klon talas. Pemberian naungan paranet dilakukan pada saat talas umur dua bulan setelah tanam. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis varian. Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dan DMRT dengan taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995).
Pengamatan dilakukan terhadap luas daun (Sitompul dan Guritno, 1995), kandungan klorofil a dan b (Arnon, 1949), nitrogen daun (Yoshida et al., 1976), pati umbi (Apriyantono et al., 1989), dan bobot kering umbi pada saat panen (umur 28 minggu setelah tanam).
Cara menentukan kriteria toleransi talas terhadap naungan dilakukan dengan mengukur bobot kering umbi. Pengujian dilakukan menggunakan uji t dari penurunan bobot kering umbi talas ternaungi terhadap kontrol. Langkah pertama pengujian dengan melakukan uji t pengaruh naungan terhadap bobot kering umbi tanpa memperhatikan tingkat persentase naungan. Selanjutnya dilakukan uji t terhadap masing-masing klon dengan menghitung kuadrat tengah sisa dan nilai t hitung. Hasil penghitungan t hitung dibandingkan dengan t tabel pada taraf nyata 5% dan 1%. Bila t hitung lebih besar dari pada t tabel artinya berbeda nyata (termasuk kelompok peka) dan bila lebih kecil dari t tabel artinya tidak berbeda nyata (termasuk kelompok toleran).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa naungan paranet berpengaruh nyata terhadap penurunan bobot kering umbi (Tabel 1). Berdasarkan penurunan bobot kering umbi (Tabel 1), hasil uji toleransi terhadap 20 klon talas yang diteliti terdapat klon-klon toleran dan peka pada naungan paranet 25%, 50%, dan 75%. Hasil relatif (persen terhadap kontrol) bobot kering umbi pada naungan 25% berkisar antara 36.7-102.1%, yang keragamannya lebih tinggi dibandingkan dengan hasil relatif pada naungan 50% (28.1-87.9%) dan naungan 75% (24.5-91.7%). Sahardi (2000) menyatakan bahwa penyaringan genotipe toleran padi gogo berdasarkan penurunan hasil relatif yang mempunyai keragaman tinggi yaitu naungan karet 3 tahun yang setara dengan naungan 50%.
Berdasarkan hasil penentuan kriteria toleransi, sebaran klon toleran ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan 16 klon toleran dan 4 klon peka pada naungan paranet 25%. Pada naungan 50% diperoleh 9 klon toleran dan 11 klon peka, sedangkan pada naungan 75% diperoleh 7 klon toleran dan 13 klon peka. Gambar 1 juga menunjukkan 7 klon yang toleran pada tiga tingkat naungan ialah klon T14, T21, T583, T606, T607, T608, dan T638.
Pada penelitian ini keragaman tertinggi penurunan hasil relatif bobot kering umbi ialah naungan 25%, tetapi bila memperhatikan jumlah klon talas toleran pada naungan 25% diperoleh 16 klon yang lebih banyak dibandingkan naungan 50% (9 klon toleran) dan 7 klon toleran pada naungan 75%. Atas dasar klon toleran yang diperoleh, naungan 25% masih terlalu kasar untuk menyaring klon talas toleran dan naungan 75% terlalu halus. Dengan pertimbangan perolehan klon toleran pada ke tiga tingkat naungan tersebut, maka pada penelitian ini dipilih naungan 50% untuk menyaring talas toleran. Elfarisna (2000) menyatakan bahwa untuk verifikasi hasil kedelai toleran naungan digunakan naungan buatan 50%. Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2 20
Tabel 1. Pengaruh naungan terhadap bobot kering (g) umbi pada umur 28 MST Klon Talas
Tingkat Naungan (%)
0
25
50
75
Talas (5)
Talas Sutra (14)
Talas (17)
Talas (21)
T.Lompong (160)
Talas Bogor (169)
Talas Balong Bodas (176)
Talas (395)
Talas Gatal (397)
TalasSalak (417)
Talas Amargo(500)
Talas Hijau Bergaris (571)
Talas Hijau Ungu (583)
Talas (603)
Talas (606)
Talas (607)
Talas (608)
Talas (610)
Talas (621)
T.Kelintingan(638)
121.4
116.9
88.5
96.3
57.1
189.8
73.9
33.9
29.3
227.1
65.9
132.2
78.2
120.3
271.3
284.1
256.1
217.7
167.4
171.7
77.6(63.9)
94.6(80.9)
66.8(75.4)
76.8 (79.8)
51.3(89.9)
136.0(71.7)
27.1(36.7)
29.9(88.4)
14.4(49.2)
161.0(70.9)
45.4(68.8)
72.3(54.7)
53.5(68.4)
60.2(50.0)
250.6(92.4)
254.3(89.5)
209.9(81.9)
145.4(66.8)
113.5(67.8)
175.3(102.1)
50.7(41.8)
71.9(61.6)
41.8(47.2)
70.2(72.9)
27.7(48.6)
157.4(82.9)
20.7(28.1)
20.0(59.2)
12.0(41.1)
145.3(64.0)
27.8(42.1)
41.0(31.0)
52.1(66.5)
40.6(33.7)
193.8(71.4)
249.8(87.9)
194.0(75.8)
120.6(55.4)
65.7(39.3)
132.4(77.1)
52.8(43.5)
95.3(81.5)
36.1(40.8)
64.2(66.7)
29.1(50.8)
111.2(60.2)
26.0(35.2)
18.5(54.6)
11.2(38.1)
136.9(60.3)
27.5(41.6)
44.3(33.5)
48.7(62.2)
30.1(24.9)
215.6(79.5)
260.5(91.7)
160.8(62.8)
123.3(56.6)
86.3(51.6)
130.9(76.2)
Rata-rata
140.0A
97.4(69.6)B
85.9(61.4)C
84.9(60.7)C









1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus